Surat Untuk Ibu Dan Bapak Guru [Menjadi Guru Bukanlah Pengorbanan]

Surat Untuk Ibu dan Bapak Guru [Menjadi Guru Bukanlah Pengorbanan] ialah surat dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Bapak Anies Baswedan. Menjadi guru bukanlah pengorbanan menjadi salah satu kalimat motivasi yang sengaja dipilih sebagai pendamping judul agar terlihat memotivasi. Seperti apa surat Bapak menteri ini setrik lengkap, mari kita simak 😏

Ibu dan Bapak Guru yang saya hormati dan muliakan,
Semoga Ibu dan Bapak Guru dalam keadaan sehat, bahagia, dan penuh semangat ketika surat ini menemui Ibu dan Bapak sekalian. Seiring dengan peringatan Hari Guru ini, atas nama pemerintah, saya memberikan apresiasi kepada Ibu dan Bapak Guru semua yang telah mengemban kiprah mulia serta mengabdi dengan hati dan sepenuh hati. Izinkan saya dengan rendah hati memberikan rasa hormat, rasa terima kasih, dan rasa besar hati atas dedikasi Ibu dan Bapak sekalian.

Menjadi guru bukanlah pengorbanan. Menjadi guru ialah sebuah kehormatan. Ibu dan Bapak Guru telah menentukan jalan terhormat, menentukan hadir bersama belum dewasa kita, bersama para pemilik masa depan Indonesia. Ibu dan Bapak Guru telah mewakili kita semua menyiapkan masa depan Indonesia.
Mewakili seluruh bangsa hadir di kelas, di lapangan, bahkan sebagian harus mengabdi dengan kemudahan ala kadarnya demi mencerahkan dan membuat masa depan yang lebih baik untuk belum dewasa kita. Saya ingin menggarisbawahi bahwa persiapan masa depan bangsa dan negara Indonesia ini dititipkan pada Ibu dan Bapak Guru.

Saya menyadari masih banyak tanggung-jawab pemerintah pada Guru yang belum ditunaikan dengan tuntas. Kita harus mengakui bahwa bangsa ini belum menempatkan guru sebagaimana seharusnya. Guru mempunyai kiprah yang amat mulia dan amat strategis.
Saya percaya bahwa trik kita memperlakukan guru hari ini ialah cermin trik kita memperlakukan persiapan masa depan bangsa ini. Kita harus mengubah diri, kita harus meninggikan dan memuliakan guru.

Pemerintah di semua level harus menempatkan guru dengan sebaik-baiknya dan menunaikan setrik tuntas semua kewajibannya bagi guru. Pekerjaan rumah pemerintah, di semua level masih banyak, mulai dari masalah status kepegawaian, kesejahteraan, serta hal-hal lainnya yang berafiliasi dengan guru harus dituntaskan.

Meskipun demikian, dibalik semua permasalahan yang ada, pendidikan harus tetap berjalan dengan baik. Di bahu Guru, Pendidik dan Tenaga Kependidikan, ada wajah masa depan kita. Setiap hari Ibu dan Bapak Guru menemui wajah masa depan Indonesia, dan di ruang-ruang kelas itulah belum dewasa bersiap bukan saja untuk menyongsong tetapi juga untuk memenangkan masa depan.

Hari-hari di depan kelas tentu menyedot energi. Anak-anak yang menuntut perhatian. Tugas-tugas Guru yang menumpuk. Masih banyak ruang kelas yang tak memadai, kemudahan berguru yang ala kadarnya, atau suhu udara yang tidak selalu bersahabat, ibu dan bapak guru yang saya hormati, teruslah hadir membawa senyum; berbekal kerahiman, songsonglah belum dewasa bangsa ini dengan kasih sayang; hadirlah dengan hati dan sepenuh hati.
Kita semua sadar bahwa pendidikan ialah ikhtiar mendasar dan kunci untuk kita sanggup memajukan bangsa. Potensi besar di Republik ini akan sanggup dikembangkan jikalau manusianya terkembangkan dan terbangunkan.

Kualitas insan ialah hulunya kemajuan dan pendidikan ialah salah satu unsur paling penting dalam meningkatkan kualitas manusia.
Pada kesempatan ini saya mengajak kita semua untuk melihat pendidikan bukan semata-mata urusan negara, urusan pemerintah. Tanpa mengurangi kiprah negara, alasannya ialah negara masih harus menuntaskan tanggung-jawab yang belum tuntas dan meningkatkan kinerjanya, saya mengajak semua warga bangsa Indonesia untuk ikut bekerja sama demi masa depan Indonesia yang lebih baik. Ya, setrik konstitusional mendidik ialah tanggung jawab negara, tetapi setrik moral mendidik ialah tanggung jawab setiap orang terdidik.

Saya mengajak semua kalangan, mari terlibat untuk membantu sekolah, guru, madrasah, balai belajar, dan taman belajar. Kita terlibat untuk mendorong kemajuan pendidikan. Untuk itu pula, kepada Guru, Kepala Sekolah, dan Tenaga Kependidikan mari kita bukakan pintu lebar-lebar. Kita mengajak dan memberi ruang kepada masyarakat untuk ikut terlibat, memikirkan, dan berbuat untuk kemajuan dunia pendidikan kita.

Ibu dan Bapak Guru yang saya muliakan,
Potret Indonesia hari ini ialah potret hasil dunia pendidikan di masa lalu. Potret dunia pendidikan hari ini ialah potret Indonesia masa depan. Jadikan rumah kita dan sekolah kita menjadi zona berkarakter mulia. Izinkan belum dewasa kita mencicipi rumah yang membawa nilai kejujuran. Izinkan belum dewasa kita mencicipi sekolah yang guru-gurunya ialah teladan. Biarkan belum dewasa kita mengingat Kepala Sekolahnya dan seluruh Tenaga Kependidikan di sekolahnya sebagai figur-figur higienis dan terpuji karakternya.

Bayangkan Ibu dan Bapak Guru yang terhormat, kelak belum dewasa kita akan hidup di kala baru. Mereka hidup di kala yang korupsi sudah dianggap sebagai sesuatu yang basi, sesuatu yang bukan lagi kelaziman, dan tidak semata-mata dipandang sebagai masalah pelanggaran hukum, tetapi lebih dari itu korupsi menyangkut masalah harkat dan martabat kemanusiaan.

Pada suatu saat, ketika belum dewasa kita, murid-murid itu telah remaja dan berkiprah di dalam masyarakat, mereka kelak sanggup bertutur, "Saya berguru jujur, dan berguru integritas dari Guru". Seraya, nama Ibu/Bapak Guru disebut.

Ibu dan Bapak Guru mungkin saja tidak mendengar pribadi ucapan-ucapan itu, tetapi yakinlah bahwa melalui anak didik yang meneladani Ibu/Bapak Guru itulah anutan pahala untuk Ibu dan Bapak tidak akan pernah berhenti. Pahala yang tiada henti-hentinya melalui belum dewasa didik yang menjadi insan berkarakter mulia, yang menjalani hidup dengan kejujuran dan berintegritas.

Karakter memang tidak cukup diajarkan melalui verbal dan tulisan. Karakter diajarkan melalui teladan. Oleh alasannya ialah itu, Ibu dan Bapak Guru yang saya muliakan, jadilah figur-figur yang diteladani oleh murid-murid dan lingkungannya.

Akhirnya, kepada seluruh Guru, Pendidik dan Tenaga Kependidikan, saya sampaikan apresiasi. Sekali lagi, atas nama pemerintah, saya sampaikan terima kasih. Ikhtiar mulia ini harus kita teruskan. Suatu ketika kelak, Ibu dan Bapak Guru sanggup melaksanakan refleksi atas apa yang sudah dijalani sambil bersyukur bahwa di ketika Indonesia sedang mengubah wajahnya menjadi lebih baik, lebih bersih, lebih jujur, lebih cerdas, lebih kreatif, dan lebih cerah, Ibu dan Bapak Guru memegang kiprah penting.

Kelak Ibu dan Bapak sanggup berkata, "Saya disana, saya terlibat. Sekecil apapun saya ikut mendidik generasi lebih baik. Saya ikut melahirkan generasi gres dan ikut berkontribusi membuat wajah Indonesia yang lebih cemerlang, dan membanggakan."

Selamat meneruskan dedikasi mulia, selamat menginspirasi, dan Selamat Hari Guru.

Salam hangat,

Anies Baswedan
[Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI]

Ingin mengucapkan selamat hari guru kepada guru tercinta, video ini mungkin sanggup kita kirimkan;

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Surat Untuk Ibu Dan Bapak Guru [Menjadi Guru Bukanlah Pengorbanan]"

Post a Comment