June 22, 2018 Cerita Motivasi, Kompetensi Siswa, Perguruan Tinggi Jangan Masuk S-1 Itb, Jika kimia [murni]. Saya coba-coba cari informasi, di bimbingan belajar, di situs online dan sebagainya, ternyata ketiga kegiatan studi itu passing grade paling tingginya semua ada di ITB. Singkat kisah aku masuk farmasi ITB, lulus S-1 4 tahun 3 bulan kemudian pendidikan profesi setahun. Ini sekilas citra yang mungkin juga dihadapi oleh adik-adik yang dikala ini akan masuk perguruan tinggi tinggi. Saya akan lebih banyak kisah sesuai judul, ini kisah ketika aku dan beberapa sobat alumni kumpul, ada yang sudah kerja di oil & gas company, ada yang bisnis, ada yang S-2, ada yang kerja di bidang programming dan sebagainya. Teman aku yang S-2 cerita, bahwa perbandingan dikala ia kuliah S-2 dengan S-1 di ITB beda jauh, sama-sama di ITB, namun dengan effort berguru yang sama kini IPK nya selalu tinggi, mendekati 4, berbeda dikala ia dulu S-1 di matematika, menerima IP 3 itu butuh usaha berat, memang S-2 & S-3 di ITB kualitasnya masih jauh dibanding S1. ITB sendiri saja tidak mau mendapatkan dosen kalau S-3 nya masih di ITB. Lalu ada satu lagi sobat yang bercerita, ia punya sobat anak kimia ITB dulunya, dikala di ITB IP-nya hanya sekitar 2 koma, padahal ia dulu lulusan terbaik di Sekolah Menengan Atas nya. Lalu anak ini pindah ke teknik mesin suatu kampus negeri di depok dan hingga dikala ini IPKnya 4 bulat!. Saya pun punya cerita, ada dua sobat aku yang juga lulusan terbaik di Sekolah Menengan Atas nya, satu orang dari cirebon, ia dulu peraih medali perunggu olimpiade sains nasional, satu lagi anak lampung, peringkat 31 olimpiade sains nasional, namun sayang kedua sobat aku ini DO [Drop Out] dari ITB. Adik kandung aku juga aneh, ia ikut SNMPTN 2 kali dan keduanya tidak diterima di ITB, pada kesudahannya ia menentukan kampus negeri lain di Bandung dan ternyata IPKnya mendekati 4. Ini segelintir contoh, ada sebetulnya pola yang sukses juga, sobat aku yang sudah lulus dari ITB lebih gampang memang hidupnya, ada yang S-2 di jepang, belanda, jerman, kerja di pertamina, unilever, cevron, biofarma, bisnis dsb. Apa yang ingin aku pesankan kepada adik-adik yang ingin masuk perguruan tinggi tinggi? masuk perguruan tinggi tinggi bukan duduk perkara gengsi atau pujian semata, kegiatan studi dan universitas yang akan kita masuki harus sesuai dengan minat, potensi dan passion kita. Khususnya di ITB, alasannya yaitu jumlah mahasiswa yang diterima disini jauh lebih sedikit dibanding universitas lain dan kegiatan studinya hampir semua IPA, maka persaingan pun ketat. Sampai sanggup masuk pun belum tentu sukses, banyak pola bawah umur yang dulu lulusan terbaik di Sekolah Menengan Atas nya, juara olimpiade sains dan sebagainya, namun tidak hingga sanggup lulus. Bukan alasannya yaitu bodoh, namun alasannya yaitu memang persaingan, lingkungan dan dosen yang ketat. Jangan heran bila kau yang kini paling arif di SMA, nanti pernah tidak lulus satu atau dua mata kuliah dan harus mengulang. Pesan saya, jangan masuk S-1 ITB, bila memang tidak siap untuk bekerja keras. Begitulah kisah salah satu alumni ITB dan untuk alumni yang lain punya kisah yang berbeda, kita tunggu goresan pena dari alumni universitas-univeritas [bukan hanya ITB] yang ada di Indonesia ini untuk generasi emas Indonesia. Video pilihan khusus untuk Anda 💗 Bagaiamana kisah sukses Cristiano Ronaldo sanggup kita jadikan pelajaran yang berharga, mari kita simak; Share on Facebook Share on Twitter Share on Google+ Share on LinkedIn Subscribe to receive free email updates:
0 Response to "Jangan Masuk S-1 Itb, Jika"
Post a Comment