Seperti apa kicauan pak Iwan Pranoto,
"Tan Malaka memandang bahwa BERMATEMATIKA ADALAH BERKAH, kenikmatan [Madilog, hal 55]"dan dalam gambar tertulis
"dalam perasaan kekurangan materi, penulis banyak mendapat materi pada ilmu tak bermateri. Pada matematika ini. Persoalan matematika melupakan banyak perkara lain-lain yang tidak dibutuhkan lekas datang".
Setelah membaca quote Tan Malaka, ada baiknya ini disimpan dulu sebagai catatan dan pesan tamat pada kertas soal quiz atau ulangan siswa. Sebagai komplemen kita ambil dari goodreads yang menyusun Tan Malaka quotes dengan rapi.
“Idealisme yaitu kemewahan terakhir yang hanya dimiliki oleh pemuda.” ― Tan Malaka
“Sedangkan bahwasanya cara mendapat hasil itulah yang lebih penting daripada hasil sendiri. [bab 3, ilmu alam -science page 99]” ― Tan Malaka, Madilog
“Tujuan pendidikan itu untuk mempertajam kecerdasan, memperkukuh kemauan serta memperhalus perasaan” ― Tan Malaka
“Ingatlah! Bahwa dari dalam kubur, bunyi saya akan lebih keras daripada dari atas bumi” ― Tan Malaka
“Bahwa kebiasaan menghafal itu tidak menambah kecerdasan, malah menyebabkan saya bodoh, mekanis, ibarat mesin. [Pendahuluan - Perpustakaan page 24]” ― Tan Malaka, Madilog
“Kalau suatu negara ibarat Amerika mau menguasai samudra dan dunia, ia mesti rebut Indonesia lebih dahulu buat sendi kekuasaan. [Pendahuluan - Melihat ke muka page 35-36]” ― Tan Malaka, Madilog
“BERGELAP-GELAPLAH DALAM TERANG, BERTERANG-TERANGLAH DALAM GELAP ! ” ― Tan Malaka
“Ia, Tan Malaka, orang pertama yang menulis konsep Republik Indonesia... Tapi hidupnya berakhir tragis di ujung senapan tentara republik yang didirikannya.” ― Tan Malaka
“Modal sanggup memenjarakan manusia, menciptakan insan bekerja tanpa henti dari jam 5 subuh hingga jam 8 malam untuk kekayaan oranglain.” ― Tan Malaka
“Belajarlah dari Barat, tapi jangan jadi peniru Barat, melainkan jadilah murid dari Timur yang cerdas” ― Tan Malaka
“Bila kaum muda yang telah mencar ilmu di sekolah dan menganggap dirinya terlalu tinggi dan pandai untuk melebur dengan masyarakat yang bekerja dengan cangkul dan hanya mempunyai keinginan yang sederhana, maka lebih baik pendidikan itu tidak diberikan sama sekali" ― Tan Malaka, Madilog
“Berpikir besar kemudian Bertindak” ― Tan Malaka, Madilog
“Bila seseorang ingin menaiki tangga sosial dan kebudayaan mestilah merdeka lebih dulu dan pengetahuan perihal kemerdekaan, di Baratlah dilahirkan dan dipergunakan.” ― Tan Malaka
“Jeruk sebagai benda, lembu sebagai benda, bumi dan bintang sebagai benda, ya, "engkau" sebagai benda, tak ada buat saya. Yang ada cuma ide, pikiran, pengertian, citra dari jeruk, lembu, bumi, bintang dan engkau. "Engkau",kata hume, cuma "ide" buat saya.
Dengan begitu Hume yang membatalkan benda dan mengaku wangsit saja, membatalkan adanya diri sendiri, mengakui, bahwa bahwasanya ia sendiri tak ada.[bab 2 filsafat - page 35]” ― Tan Malaka, Madilog
“cuma insan pengecut atau curang yang tiada ingin melaksanakan pekerjaan yang berat, tetapi bermanfaat buat masyarakat kini dan dihari kemudian itu” ― Tan Malaka, Islam dalam Tinjauan Madilog: Materialisme Dialektika Logika
“Revolusi Indonesia, bukanlah Revolusi Nasional SEMATA-MATA, ibarat diciptakan beberapa gelitir orang Indonesia, yang maksudnya cuma membela atau merebut dingklik buat dirinya saja, dan bersiap sedia menyerahkan semua sumber pencaharian yang terpenting kepada SEMUANYA
bangsa Asing, baik MUSUH atau sahabat. Revolusi Indonesia, mau tak mau terpaksa mengambil tindakan ekonomi dan sosial serentak dengan tindakan merebut dan membela kemerdekaan 100%. Revolusi kemerdekaan Indonesia tidak sanggup diselesaikan dengan dibungkusi dengan revolusi-nasional saja. Perang kemerdekaan Indonesia harus DI-ISI dengan jaminan sosial dan ekonomi sekaligus.” ― Tan Malaka, Gerpolek: Gerilya-Politik-Ekonomi
“Selama toko buku ada, selama itu pustaka sanggup dibuat kembali. Kalau perlu dan memang perlu, pakaian dan masakan dikurangi.” ― Tan Malaka, Madilog
“Bila kaum muda yang telah mencar ilmu di sekolah dan menganggap dirinya terlalu tinggi dan pandai untuk melebur dengan masyarakatyang bekerja dengan cangkul dan hanya mempunyai keinginan yang sederhana, maka lebih baik pendidikan itu tidak diberikan sama sekali” ― Tan Malaka, Madilog
“Kalau sistem itu tak sanggup diperiksa kebenarannya dan tak sanggup dikritik, maka matilah Ilmu Pasti itu.” ― Tan Malaka, Madilog
“Seperti seekor semut hanyut bergantung pada sepotong rumput yang diayun-ayunkan gelombang.” ― Tan Malaka, Madilog
“Kebaikan buat masyarakat itu bergantung kepada sopan santun masyarakat, dan didikan masing-masing orang.” ― Tan Malaka, Madilog
“Bukankah seseorang pelarian politik itu mesti ringan bebannya, seringan-ringannya? Ia tak boleh diberatkan oleh benda yang lahir, ibarat buku ataupun pakaian. Hatinya terutama tak boleh diikat oleh anak isteri, keluarga serta handai tolan. Dia haruslah bersikap dan bertindak sebagai "marsuse’’ [angkatan militer siap gempur] yang setiap detik siap sedia buat berangkat, meninggalkan apa yang sanggup mengikat dirinya lahir dan batin.” ― Tan Malaka, Madilog
“Tetapi bila Madilog masih kekurangan bentuk, saya pikir ia tidak kekurangan sifat.” ― Tan Malaka, Madilog
“Murid yang arif juga insyaf, bahwa bila ia sudah tahu satu cara, satu undang, satu kunci buat menuntaskan satu golongan persoalan, maka tiadalah ia mengapal berpuluh-puluh problem atau jawabannya puluhan atau ratusan problem itu, tetapi ia pegang cara atau kuncinya problem tadi saja.” ― Tan Malaka, Madilog
“Yang tajam balik bertimbal, bila tak ujung pangkal mengena.” ― Tan Malaka, Madilog
“Seorang tukang tak akan sanggup membikin gedung, bila alatnya ibarat semen, kerikil tembok dan lain-lain tidak ada. Seorang pengarang atau hebat pidato, perlu akan catatan dari buku musuh, mitra ataupun guru. Catatan yang tepat dan jitu sanggup menaklukan musuh secepat kilat dan sanggup merebut permufakatan dan iktikad yang bersimpati sepenuh-penuhnya. Baik dalam polemik, perang-pena, baik dalam propaganda, maka catatan itu yaitu barang yang tiada sanggup ketinggalan, ibarat semen dan kerikil tembok buat membikin gedung. Selainnya dari pada buat digunakan sebagai barang materi ini, buku-buku yang berarti tentulah besar faedahnya buat pengetahuan dalam arti umumnya.” ― Tan Malaka, Madilog
“Yang berpengaruh perindustriannya, itulah pihak yang mesti menang.” ― Tan Malaka, Madilog
“Sudah pernah seorang pengarang buku di Amerika meramalkan, bahwa bila satu negara ibarat Amerika mau menguasai samudra dan dunia, ia mesti rebut Indonesia lebih dahulu buat sendi kekuasaan.” ― Tan Malaka, Madilog
“Bahwa mereka pekerjalah, yang menduduki lantai ekonomi perekonomian Indonesia.” ― Tan Malaka, Madilog
“Bahwa benda itu yaitu satu rantai, satu eksekusi alam yang merantai hidup kita, hidup sengsara ini.” ― Tan Malaka, Madilog
“Banyaknya proletar mesin dan tanah di Indonesia dan kekuatan yang tersembunyi memang sudah cukup berpengaruh buat merebut kekuasaan dari imperialisme Belanda. Tetapi didikannya masih sangat tipis dan tidak cocok dengan keperluan dan kewajiban klasnya di hari depan. Mereka kekurangan filsafat. Mereka masih tebal diselimuti ilmu buat alam abadi dan tahyul campur aduk.” ― Tan Malaka
“Bangunkanlah semangat menyerang buat meruntuhkan yang lama – lama – dan mendirikan masyarakat yang gres – kokoh – kuat.” ― Tan Malaka, Madilog
“Kita manusia, memang binatang yang ingin tahu. Curious, niewsgiering.” ― Tan Malaka
Untuk mengetahui lebih banyak lagi perihal Tan Malaka sanggup membacanya pada wikipedia perihal Tan Malaka dan goodreads.
Sebagai tambahan, mari kita simak video guru yang super kreatif ini, mengerjakan perkalian jadi kreatif;
0 Response to "Tan Malaka Memandang Bahwa Bermatematika Ialah Berkah"
Post a Comment