Kemarin pelaksanaan USBN sudah final dilaksanakan dan apa yang terjadi dilapangan tidak ibarat apa yang dibutuhkan dan dibayangkan. Bahkan apa yang terjadi di lapangan selama pelaksanaan USBN ini kalau tidak ada perbaikan yang signifikan pada tahun depan maka USBN ini ialah seremonial belaka yang hanya menguntungkan oleh sekelompok orang.
Apa yang kita coba sampaikan disini ialah berdasarkan apa yang dilihat di lapangan. Beberapa hal kenapa USBN yang dilaksanakan masih belum belum bisa dikatakan standar nasioanal dan mungkin lebih cocok standar kecamatan.
- Lembar balasan untuk soal pilihan ganda yang dipakai sangat tidak memperlihatkan bahwa kualitas USBN ini ibarat namanya berbasis Nasional. Lembar balasan mengingatkan kita pada periode dimana belum dikenal namanya lembar balasan komputer [LJK]. Padahal kini ini untuk simulasi untuk tingkat sekolah saja sudah memakai LJK yang benar-benar di periksa memakai komputer, masa sich USBN yang secara didanai oleh negara diperiksa manual. Sebaiknya untuk tahun depan lembar balasan pilihan ganda diperiksa dengan memakai komputer yang niscaya lebih banyak nilai positifnya.
- Soal USBN untuk tiap mata pelajaran menawarkan 5 soal essay. Lembar balasan untuk soal essay ini juga merusak kualitas ujian, daerah yang disediakan untuk menjawab sangat sempit. Sehingga para banyak siswa menjawab hingga kebalik lembar pilihan ganda, dan situasi ini menciptakan lembar balasan tidak asyik untuk dilihat. Sebaiknya pada tahun depan lembar balasan untuk soal essay berupa kertas double folio sehingga siswa bisa berkreasi dengan bebas.
- Kesan pertama ketika melihat soal tidak memperlihatkan standar nasional, sampul depan sangat polos bahkan tanpa logo. Apakah tidak ada tim kraetifitas pembuat sampul depan untuk lembar soal?, ibarat soal UN tampak depan sudah baik disertai dengan logo-logo oleh panitia penyelenggara dan penanggung jawab.
- Lembar soal untuk semua mata pelajaran yang diujikan selalu memiliki cacat dalam hal pengetikan, diantaranya.
- Nomor urut soal yang tidak pas,
- Pengetikan 'kata' tidak tepat,
- Opsi pilihan soal yang tidak lengkap,
- dan sebagainya...
- Yang tidak kalah penting ialah penyelenggara USBN di kabuaten/kota yaitu MKKS [Musyawarah Kerja Kepala Sekolah]. Para kepala sekolah yang tergabung dalam MKKS melakukan USBN dengan wajah tidak menyenangkan, alasannya ialah para kepala sekolah harus mencari 'utang' semoga pelaksanaan USBN ini berlangsung dengan baik. Gimana tidak mencari 'utang' hingga pelaksanaan USBN final sumber dana utama yang dibutuhkan sekolah ysitu BOS [Bantuan Operasional Sekolah] belum juga bisa dicairkan. Kaprikornus kita bisa rasakan sendiri bagaimana situasi USBN yang katanya berstandar nasional harus dilaksanakan dengan biaya hasil 'ngutang' oleh para kepala sekolah.
Beberapa catatan ihwal USBN diatas masih kita koreksi dari hal-hal umum yaitu kualitas pelaksanaan USBN. Kita belum analisa dari kulaitas soal contohnya validitas soal, reliabilitas soal, objektivitas soal, praktikabilitas soal atau apalah namanya yang mungkin guru mata pelajaran yang diujikan lebih berkompeten untuk mengomentari atau menganalisa kualitas soal USBN apakah sudah baik.
Mudah-mudahan pemerintah melalui Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang merupakan penanggung jawab pelaksanaan USBN ini pada tahun depan sanggup memperbaiki kualitas pelaksanaan USBN. Agar USBN ini sesuai dengan impian kita yaitu sanggup dan bisa memperbaiki kualitas pendidikan di Indonesia.
Sudah saatnya kita berubah, mari kita simak video ihwal perubahan berikut ini, sekaligus Anda bisa tulis juga arti perubahan berdasarkan Anda;
0 Response to "Program Usbn Serasa Standar Kecamatan"
Post a Comment