July 08, 2018 Pembelajaran, Pendidikan Firman: Penyebab Utama Kemampuan Matematika Indonesia Rendah mengikuti aturan, menghargai orang lain, mengambil keputusan atau membuat contoh dari sesuatu yang sebelumnya tidak berpola menyerupai yang dikatakan oleh Sujiwo Tejo bahwa "Math, finding Harmony in Chaos" Banyak faktor yang mengakibatkan kemampuan matematik masyarakat Indonesia setrik umum masih rendah, Presiden Asosiasi Guru Matematika Indonesia (AGMI) Drs. Firman Syah Noor, M.Pd menyebutkan, menurut hasil penelitian Trends in International Mathematics and Science Study (TIMMS) yang dilakukan oleh Frederick K. S. Leung pada 2003, ada tiga penyebab utama mengapa indeks literasi matematika siswa di Indonesia sangat rendah. "Guru besar University of Hong Kong itu menyebut lemahnya kurikulum di Indonesia, kurang terlatihnya guru-guru Indonesia, dan kurangnya pertolongan dari lingkungan dan sekolah menjadi penyebab utama peringkat literasi Matematika siswa kita di urutan bawah," Sebagai warta bahwa pada pemeringkatan Programme for International Student Assessment (PISA) terakhir, kemampuan literasi matematika siswa Indonesia sangat rendah. Indonesia menempati peringkat ke-61 dari 65 negara penerima pemeringkatan. PISA ialah studi literasi yang bertujuan untuk meneliti setrik bersiklus wacana kemampuan siswa usia 15 tahun (kelas III Sekolah Menengah Pertama dan Kelas I SMA) dalam membaca (reading literacy), matematika (mathematics literacy), dan sains (scientific literacy). Firman menjabarkan, kurikulum pendidikan matematika di Tanah Air belum menekankan pada pemecahan masalah, melainkan pada hal-hal prosedural. Siswa dilatih menghafal rumus, tetapi kurang menguasai penerapannya dalam memecahkan suatu masalah. Selain itu, objek bahan pelajaran yang diberikan guru juga tidak lengkap bila dibandingkan dengan kurikulum internasional, contohnya Cambridge. "Tidak komprehensifnya kurikulum pendidikan matematika di Indonesia ini juga membuat nilai peringkat literasi matematika kita rendah," tuturnya. Hal lainnya, ujar pengajar pada dosen pascsarjana Pendidikan Matematika di Universitas Pasundan (Unpas), ialah kurangnya penggunaan kalkulator oleh siswa Indonesia. Dia mengilustrasikan, di luar negeri, para siswa tidak perlu menghafal rumus alasannya ialah sudah disediakan di depan kelas. Sebaliknya, di Indonesia, siswa justru ditekankan untuk sanggup menghafal rumus dan sering kali dihentikan menggunakan kalkulator dalam mengerjakan soal. "Siswa di luar negeri juga terbiasa menggunakan kalkulator, alasannya ialah itu hanyalah alat bantu dalam memecahkan masalah. Tentu saja, untuk soal-soal mudah, mereka menghitung manual. Tetapi bila soal-soal yang diberikan sulit, maka penggunaan kalkulator diperbolehkan alasannya ialah guru ingin mendorong kemampuan siswa dalam memecahkan masalah," Sementara itu, dari segi guru, kurangnya kualifikasi pendidikan dianggap menyumbang jebloknya peringkat literasi Matematika Indonesia. Faktor lainnya ialah masih minimnya training dan bimbingan menulis karya ilmiah bagi para guru. Dan kalaupun ada pelatihan, kontrol wacana diseminasi atau aplikasi hasil training tersebut di kelas pun masih kurang," tutur laki-laki yang juga mengajar di SMAN 3 Bandung itu. Studi dilaksanakan oleh Organisation for Economic Co-operation & Development (OECD) dan Unesco Institute for Statistics itu mengukur kemampuan siswa pada simpulan usia wajib berguru untuk mengetahui kesiapan siswa menghadapi tantangan masyarakat-pengetahuan (knowledge society) remaja ini. Penilaian yang dilakukan dalam PISA berorientasi ke masa depan, yaitu menguji kemampuan anak muda untuk menggunakan keterampilan dan pengetahuan mereka dalam menghadapi tantangan kehidupan nyata, tidak semata-mata mengukur kemampuan yang dicantumkan dalam kurikulum sekolah. [kampus.okezone.com/] Bagaimana perkalian dikerjakan dengan trik nakal, mari kita lihat perkalian yang kreatif dikerjakan dengan trik nakal; Share on Facebook Share on Twitter Share on Google+ Share on LinkedIn Subscribe to receive free email updates:
0 Response to "Firman: Penyebab Utama Kemampuan Matematika Indonesia Rendah"
Post a Comment