Sebelum Jadi Miliarder, Ternyata Impian Orisinil Bill Gates Ialah Pengajar Matematika

Sebenarnya judul orisinil dari artikel ini yang sebelumnya dishare oleh msn.com ialah "Sebelum Kaprikornus Miliarder, Apa Cita-cita "Asli" Bill Gates?".

Apa yang menarik dari artikel ini? atau apa yang menjadi catatan positif dari artikel ini?

Setiap orang waktu di masa kecilnya punya impian yang niatnya bukan didasari oleh materi, tetapi dikarenakan sebuah kesenangan melihat suatu profesi tertentu. Misalnya jadi dokter, polisi, tentara, guru dan sebagainya yang lebih banyak didominasi masih dilatar belakangi oleh sebuah profesi yang mereka lihat. Tetapi sesudah masuk dingklik Sekolah Menengan Atas atau perguruan tinggi tinggi umumnya impian itu akan berubah drastis dari apa yang dibayangkan sewaktu sekoah dasar.

Tetapi berbeda dengan Biil Gates, Bill Gates yang menjadi salah satu miliarder terkemuka dunia, yang sukses mendirikan Microsoft bersama sahabatnya Paul Allen. Siapa sangka impian Gates dikala dewasa terbilang cukup sederhana.

Di depan mahasiswa Universitas Harvard, Gates mengaku berencana menjadi pengajar matematika, bukan pendiri perusahaan software raksasa menyerupai yang ada kini ini.

Dia menyampaikan bahwa "Hey, saya murid yang baik dan alasannya itu saya sebaiknya menjadi profesor matematika,". Menurutnya, matematika sangat menarik, alasannya sukar dipecahkan. "[Matematika] ialah problem tersulit untuk dipecahkan, dan Anda tahu, saya suka problem sulit," saya Gates.

Gates sukses dalam usia 20-an, yang tergolong masih sangat muda. Namun sebelum ia memperolehnya, ia harus melawan rasa tidak percaya diri. Pria kelahiran 28 Oktober 1955 itu mengaku kalau dirinya ialah eksklusif yang introvert dan cederung anti-sosial. Ia pun sempat ragu dan takut kalau bisnisnya gagal di kemudian hari.

"Gagasan perihal Microsoft yang akan menjadi perusahaan besar, saya sendiri tak pernah terpikir," terperinci Gates.

Dukungan Sang Sahabat, Paul Allen

Ide membangun Microsoft dari nol dimulai ketika sahabat sekaligus kawan bisnisnya, Paul Allen meyakinkan Gates untuk menekuni programming komputer, padahal ia sendiri tak berencana meniti karir di bisnis teknologi.

Gates yang mengambil jurusan aturan di Universitas Harvard, sempat ingin menjadi pengacara, mengikuti jejak ayahnya. Tapi, Allen terus meyakinkan Gates untuk bisa meninggalkan zona nyamannya dengan banyak sekali cara.

Gates dan Allen memang tidak satu almamater. Allen sendiri meneruskan studi ilmu komputer di Washington State University. Namun keduanya telah berteman ketika bersekolah di Lakeside School.

Mereka bertemu kembali sebagai programmer komputer di salah satu perusahaan software Honeywell pada ekspresi dominan panas 1974. Setahun setelahnya, mereka berhasil mengembangkan software microcomputer pertama dari pembiasaan bahasa programming komputer terkenal dikala itu, BASIC.

Mereka kemudian mengamankan kontrak dengan salah satu perusahaan elektronik Amerika, Micro Instrumentation and Telemetry System [MITS]. Kedua cowok itupun mengambil langkah nekat sesudah menemukan komputer dengan micropocessor pertama di plaza Harvard Square.

"Itu ialah dikala yang sempurna untuk drop out dan benar-benar membangun Microsoft untuk pertama kalinya sebagai sebuah bisnis," ujar Gates. Keputusan tersebut tentu membutuhkan keseriusan mental yang kuat.

Halaman selanjutnya: Menantang diri di awal karir...

"Jadi ketahuilah, planning menjadi seorang pengajar, kemudian menjadi seorang CEO, manajer, pemimpin butuh dikembangkan dari waktu ke waktu," terperinci laki-laki berjulukan lengkap William Henry Gates III ini.

Meninggalkan dingklik kuliah demi membangun Microsoft bukanlah keputusan mudah. Baru saja melangkah, Gates kembali dihantui perasaan takut, sesudah melihat dua perusahaan yang ia idolakan tumbang, yakni Digital Equipment [DEC] dan Wang. Kegelisahan tersebut terus berlanjut dan memengaruhi kebijakan Gates dalam setiap keputusannya untuk Microsoft.

"Saya selalu khawatir alasannya orang-orang yang bekerja untuk saya lebih renta dibanding saya dan mempunyai anak, saya bilang "bagaimana kalau kita tidak menerima bayaran, apakah saya bisa memenuhi honor Anda"," kenang Gates.

Gates pun berujar kalau ia pernah memaksa dirinya untuk berhenti mengoreksi dan menyempurnakan pekerjaan rekan kerjanya. "Saya bilang ke diri saya, "baiklah, kita akan menjual isyarat yang tidak saya edit", dan itu sangat sulit bagi saya, tapi bisa mengatasinya," ujarnya.

Ketika usia 30 tahun, sekitar enam tahun semenjak menjalankan bisnis Microsoft, Gates pun tertegun akan apa yang ia lakukan, serta semua yang ia lipat gandakan.

Seperti dirangkum KompasTekno dari CNBC, Senin [21/5/2018], di depan mahasiswa mantan almamaternya, Gates memperlihatkan wejangan untuk menapaki masa depan.

"Semua hal itu berisiko. Sebaiknya jangan lewatkan belokan [kesempatan] di jalan", pesan Gates.

Ia menekankan bahwa, menantang diri lebih awal dalam karir, membantunya untuk sukses. Bekerja dengan Allen menjadi satu hal yang paling penting untuk mengubah jalan pikirnya, membentuk kemampuan apa pun yang ia miliki untuk menuju sesuatu yang lebih berharga.

Catatan penutup, dari apa yang disampaikan secara singkat perihal pengalaman Bill Gates diatas, kita sebagai guru hanya menekankan kepada anak didik kita untuk bercita-cita kepada apa yang mereka senangi. Bercita-citalah dimana impian kita bermanfaat kepada orag banyak, untuk problem hasil akhir, perjuangan tidak akan pernah bohong. Seperti apa yang disampaikan oleh Bill Gates "Jadi ketahuilah, planning menjadi seorang pengajar, kemudian menjadi seorang CEO, manajer, pemimpin butuh dikembangkan dari waktu ke waktu,".

Video pilihan khusus untuk Anda 😏 yuk mengenal salah satu matematikawan Indonesia;

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Sebelum Jadi Miliarder, Ternyata Impian Orisinil Bill Gates Ialah Pengajar Matematika"

Post a Comment